Prediksi Musim Kemarau, Gue tumbuh di lingkungan yang cukup terbiasa sama pergantian musim. Musim hujan datang, semua orang siapin payung. Musim kemarau datang, tinggal ganti pelembap muka dan perbanyak minum air putih. Simple.
Tapi beberapa tahun belakangan, semua terasa… nggak biasa.
Musim kemarau yang dulu cuma panas dan kering, sekarang berubah jadi ekstrem. Matahari bisa nyengat dari jam 8 pagi, angin kering bikin kulit ngelupas, dan yang paling terasa: krisis air bersih mulai jadi cerita tahunan.
Gue inget banget dua tahun lalu, di kampung halaman, sumur rumah nenek gue kering total. Kita sampai harus angkut air dari desa sebelah. Rasanya kayak balik ke zaman dulu—tapi bukan romantis, lebih ke realita yang nggak siap gue hadapi.
Prediksi Musim Kemarau Itu Dulu Biasa Aja Buat Gue… Sampai Segalanya Berubah
Prediksi Musim Kemarau Itu Nggak Cuma Buat Petani
Dulu, setiap kali BMKG ngumumin prediksi musim kemarau, gue pikir: “Ah ini sih buat petani aja.” Tapi ternyata, kita semua sebenarnya terdampak, bahkan kalau lo tinggal di kota besar sekalipun.
Prediksi musim kemarau bukan cuma buat tahu kapan nyiram sawah. Tapi buat:
Ngerancang jadwal tanam dan panen
Nyiapin cadangan air rumah tangga
Mengatur suplai listrik karena pembangkit air bisa terganggu
Ngebantu dinas kesehatan antisipasi penyakit
Gue pernah ngalamin sendiri, waktu di kosan air mati 3 hari berturut-turut. Semua karena pasokan air PDAM menipis akibat kemarau panjang. Dan waktu itu gue nggak tahu kalau ternyata itu udah diprediksi jauh-jauh hari.
Tahun Ini: BMKG Prediksi Kemarau Lebih Kering dan Lebih Panjang
Gue baca berita dan laporan BMKG bulan lalu, dan katanya tahun ini Indonesia bakal alami Prediksi Musim Kemarau yang lebih kering dan lebih lama dari biasanya. Salah satu penyebab utamanya adalah fenomena El Niño yang lagi aktif.
Kalau lo belum familiar, El Niño itu fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang berdampak besar ke pola cuaca global—termasuk Indonesia artikel ini dikutip dari laman resmi BMKG.
Efeknya?
Curah hujan berkurang
Suhu udara naik beberapa derajat
Risiko kebakaran hutan meningkat
Produksi pangan bisa terganggu
Dan kabar buruknya, sebagian besar wilayah Indonesia, terutama bagian selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatera, bakal masuk puncak kemarau di bulan Juli–Agustus nanti.
Tanda-Tanda Prediksi Musim Kemarau Sudah Dekat yang Gue Rasain Sendiri
Ada hal-hal yang bisa lo rasain langsung bahkan sebelum baca prediksi resmi. Gue mulai notice beberapa hal di sekitar:
Udara pagi yang dulu sejuk, sekarang langsung panas dari subuh
Rumput di taman rumah mulai kecoklatan, padahal masih awal bulan Mei
Debit air sungai kecil dekat rumah berkurang drastis
Air galon di rumah lebih cepet habis (entah karena gue jadi lebih sering minum atau efek udara panas)
Dan yang paling kentara: perasaan kering di hidung dan tenggorokan. Lo mungkin ngerasa sehat-sehat aja, tapi tubuh lo mulai bereaksi terhadap perubahan kelembaban udara.
Apa yang Bisa Kita Lakuin Buat Hadapin Musim Kemarau Tahun Ini?
Berdasarkan pengalaman pribadi dan ngobrol dengan beberapa teman yang kerja di sektor lingkungan, ini beberapa hal yang gue terapin dan bisa lo coba juga:
Kurangi penggunaan air yang nggak perlu
Jangan cuma mikir soal mandi atau cuci mobil. Bahkan hal kecil kayak mencuci sayur bisa lebih hemat kalau airnya ditampung dulu.Siapkan cadangan air bersih
Gue simpan beberapa galon kosong buat jaga-jaga, plus ember besar di kamar mandi.Jangan buang air AC
Air hasil kondensasi AC bisa dipakai buat nyiram tanaman, pel lantai, atau bahkan siram WC.Periksa potensi kebocoran air di rumah
Selang yang netes dikit pun lama-lama bisa buang puluhan liter.Lindungi kulit dan kesehatan pernapasan
Pakai pelembap, minum banyak air, dan sedia masker kalau udara mulai berdebu.Ikut aktif di lingkungan
Gue gabung ke komunitas warga yang bikin kampanye irit air. Nggak harus ribet, kadang cukup dengan edukasi lewat grup WhatsApp RT.
Prediksi Musim Kemarau Nggak Harus Selalu Negatif
Ada satu hal yang gue sadari belakangan ini: Prediksi Musim Kemarau juga punya sisi baik, kalau kita bisa manfaatin.
Panen tenaga surya lebih maksimal (teman gue pasang panel surya dan bilang tagihan listriknya turun banget)
Jalanan lebih bersih dari genangan dan banjir
Waktu yang pas buat jemur cucian tanpa khawatir kehujanan
Buat yang bisnis laundry atau air minum isi ulang, ini masa panen
Intinya, kemarau bisa jadi berkah… asal kita ngerti ritmenya.
Tapi Jangan Lupa, Masih Banyak Orang yang Terdampak Lebih Berat
Gue masih inget kabar tentang desa-desa yang tiap tahun harus ngedrop air dari mobil tangki. Dan biasanya, mereka udah tahu jauh-jauh hari kapan krisis air akan datang—dari prediksi musim.
Gue pernah ikut kegiatan donasi air ke desa di Gunungkidul. Di sana, satu keluarga cuma pakai 20 liter air per hari, untuk semua kebutuhan: minum, mandi, masak, cuci. Lo bayangin kalau lo cuma dikasih satu galon air buat seharian hidup.
Makanya, meski lo tinggal di kota besar dengan air lancar dan AC nyala terus, tetap inget bahwa kesadaran soal kemarau itu tanggung jawab kolektif.
Prediksi Musim Kemarau Itu Bukan Sekadar Angka, Tapi Alarm
Buat gue sekarang, prediksi musim kemarau udah bukan sekadar info tambahan. Tapi semacam “peringatan dini” yang bisa bantu kita nyiapin diri—fisik, logistik, bahkan mental.
Prediksi Musim Kemarau nggak bisa dihindari, tapi bisa dihadapi dengan lebih bijak. Mulai dari hal kecil di rumah, sampai keterlibatan sosial yang nyata.
Gue nggak mau nunggu sampai sumur kering dulu baru nyadar. Dan gue harap lo juga mulai lihat kemarau bukan sebagai beban, tapi sebagai momen untuk jadi lebih sadar, lebih siap, dan lebih peduli.
Baca Juga Artikel dari: Bukit Panguk Kediwung: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Lupa Pulang
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Climate / Iklim