Taman Nasional Tesso Nilo Kalau kamu mau berkunjung langsung, alamat lengkap Taman Nasional Tesso Nilo adalah:
📍 Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia.
Akses terdekat biasanya dari Kota Pekanbaru, sekitar 5-6 jam perjalanan darat. Kalau aku boleh kasih saran, siapin kendaraan pribadi atau sewa mobil karena transportasi umum ke sana masih terbatas.
Pertama Kali ke Tesso Nilo? Rasanya Campur Aduk
Aku inget banget waktu pertama kali ke sana, ekspektasi aku tinggi banget—hutan lebat, suara burung bersahut-sahutan, dan mungkin bisa lihat gajah liar dari kejauhan. Tapi ternyata, realitanya nggak sesempurna yang ada di brosur wisata. Walau tetap luar biasa, ada sisi lain dari Tesso Nilo yang bikin kita mikir, “Kok bisa ya begini?”
Di satu sisi, hutan ini megah banget. Tapi di sisi lain, banyak sawit tumbuh liar di lahan konservasi. Nah, dari situ aku sadar, menjaga alam itu bukan cuma urusan pemerintah atau aktivis, tapi kita semua punya peran.

Kenapa Tesso Nilo Begitu Istimewa?
Travel Yang bikin Tesso Nilo beda dari hutan lain itu karena dia rumah bagi gajah Sumatra, yang jumlahnya makin lama makin sedikit. Bayangin aja, dari ribuan dulu, sekarang cuma sekitar 200 ekor yang bisa bertahan di sini. Selain gajah, ada juga harimau Sumatra dan ratusan spesies burung yang eksotis banget.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas Taman Nasional Tesso Nilo sekitar 83.068 hektar. Tapi yang bikin ngeri, sebagian besar wilayah ini udah kena gangguan karena pembalakan liar dan ekspansi kelapa sawit ilegal. Aku sempat ngobrol sama warga setempat, dan mereka sendiri bilang kalau hutan ini makin sempit dari tahun ke tahun.
Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Tesso Nilo
Meski kondisinya belum ideal, ada banyak hal seru yang bisa kamu lakukan di sini:
Melihat Gajah Sumatra di Pusat Latihan Gajah Tesso Nilo.
Trekking di Hutan Tropis sambil lihat flora dan fauna langka.
Camping dan Wildlife Watching buat kamu yang suka petualangan.
Wisata Sungai, karena ada beberapa sungai kecil di dalam taman nasional ini.
Kunjungan Edukasi bareng komunitas lokal atau pelajar.
Jujur, waktu aku ikut tracking sama ranger, rasa capeknya kehapus begitu lihat jejak kaki gajah di lumpur. Itu momen kecil tapi bikin hati hangat.
Gajah Sumatra: Ikon yang Terus Terancam
Salah satu highlight Taman Nasional Tesso Nilo adalah gajah Sumatra, spesies langka yang cuma ada di Sumatra. Tapi sayangnya, konflik antara manusia dan gajah makin sering terjadi karena habitat mereka makin sempit.
Beberapa warga cerita kalau gajah kadang turun ke kebun sawit dan merusak tanaman. Tapi siapa yang salah? Gajah yang lapar atau manusia yang ngambil hutan mereka?
Makanya, penting banget untuk memahami bahwa konservasi bukan cuma soal menjaga satwa, tapi juga soal harmoni antara alam dan manusia. Ada program mitigasi konflik di sana, seperti pagar listrik dan patroli gajah, tapi itu belum cukup kalau deforestasi masih terus jalan.
Cerita Pahit: Sawit Merambah ke Kawasan Konservasi
Nah, ini bagian yang bikin hati miris. Dari perjalanan ke sana, aku ngelihat sendiri banyak area hutan yang berubah jadi perkebunan sawit ilegal. Bahkan, menurut laporan WWF, sekitar 60% dari area taman nasional udah terdegradasi.
Aku pernah tanya ke penjaga taman, kenapa bisa sampai seluas itu? Mereka bilang, pengawasan minim dan ada oknum yang bermain. Gila ya, hutan yang seharusnya jadi tempat aman buat satwa liar, malah diambil alih.
Tapi bukan berarti nggak ada harapan. Masih ada komunitas lokal yang berjuang jaga hutan. Mereka bikin program ekowisata dan edukasi biar hutan bisa tetap hidup tanpa harus dirusak.

Ekowisata: Harapan Baru Tesso Nilo
Jadi, gimana caranya kita bantu Taman Nasional Tesso Nilo tanpa harus jadi aktivis atau ilmuwan? Jawabannya: ekowisata.
Waktu aku ikut program ekowisata bareng komunitas Rimbang Baling, rasanya beda banget. Mereka ngajak kita ke hutan, cerita soal flora-fauna lokal, kasih pengalaman autentik, dan semua uangnya dipakai buat konservasi. Bayar mahal pun rasanya ikhlas karena tahu dananya untuk sesuatu yang baik.
Bahkan ada kegiatan “menanam pohon” buat pengunjung. Aku tanam pohon trembesi waktu itu. Nggak tahu masih hidup atau enggak sekarang, tapi setidaknya aku pernah ikut berkontribusi.
Tips Praktis Buat Kamu yang Mau Berkunjung ke Tesso Nilo
Nah, buat kamu yang pengen ke sana, berikut beberapa tips dari pengalaman aku:
Datang saat musim kemarau, sekitar Mei–September. Jalanan tanahnya lumayan ekstrim kalau musim hujan.
Sewa mobil double cabin atau 4WD kalau bisa. Jalanan ke dalam cukup menantang.
Bawa logistik sendiri seperti makanan dan air. Warung di area taman terbatas.
Gunakan pemandu lokal. Selain lebih aman, kamu juga bisa dapet banyak info menarik.
Jaga sikap. Ini kawasan konservasi, jadi jangan buang sampah sembarangan atau ganggu satwa liar.
Jangan lupa bawa power bank karena sinyal dan colokan susah di sana. Dan yang paling penting: bawa rasa hormat buat alam.
Kontribusi Kecil, Dampak Besar
Kita kadang mikir, “Ah, cuma satu orang, bisa apa sih?” Tapi percayalah, perubahan itu dimulai dari satu langkah kecil. Aku pun awalnya cuma ikut-ikutan teman traveling, tapi setelah lihat langsung kondisi hutan, aku jadi lebih peduli.
Misalnya, kita bisa mulai dari:
Share informasi tentang Taman Nasional Tesso Nilo biar makin banyak yang tahu.
Ikut kampanye pelestarian, walau cuma dari media sosial.
Beli produk ramah lingkungan, terutama yang gak nyumbang deforestasi.
Kalau semua orang sadar dan bertindak, hutan ini masih punya harapan.
Pelajaran yang Aku Dapat dari Tesso Nilo
Kunjungan ke Taman Nasional Tesso Nilo ngajarin aku banyak hal. Pertama, alam itu rapuh tapi kuat kalau kita jagain bareng-bareng. Kedua, konservasi itu bukan teori aja, tapi aksi nyata. Dan ketiga, gak semua yang indah itu bebas dari masalah.
Aku pulang dari sana dengan rasa syukur dan juga sedih. Tapi di balik semua itu, ada semangat buat lebih peduli sama lingkungan sekitar. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Yuk, Jaga Tesso Nilo Bareng-Bareng
Taman Nasional Tesso Nilo bukan cuma tempat wisata, tapi juga simbol perjuangan antara manusia dan alam. Gajah Sumatra, hutan hujan tropis, dan komunitas lokal semuanya bergantung pada kita—pada pilihan kecil yang kita buat setiap hari.
Jadi, mulai sekarang yuk lebih peduli. Karena meski satu langkah kecil, itu bisa jadi awal dari perubahan besar.
Baca Juga Artikel Berikut: Wisata Gratis Bandung: Petualangan Seru Tanpa Harus Keluar Uang

