Jujur, awalnya saya bukan fans Atlético Madrid. Saya dulu lebih sering nonton tim-tim besar kayak Barcelona atau Real Madrid—yang katanya “penguasa Spanyol”. Tapi entah kenapa, setiap kali Atletico main, ada rasa berbeda. Nggak semewah Real, nggak semagis Barca, tapi mereka punya satu hal yang susah dijelasin: semangat juang yang gila-gilaan.
Saya mulai ngulik tentang mereka dan di situlah saya mulai paham… Klub ini bukan cuma soal trofi, tapi soal perjuangan. Dan dari situ, saya jatuh cinta.
Sejarah Atlético Madrid: Bukan Klub Instan
Atlético Madrid berdiri tahun 1903, awalnya didirikan oleh mahasiswa Basque yang belajar di Madrid. Dulu namanya Athletic Club de Madrid, dan mereka itu semacam cabang dari klub Athletic Bilbao. Awalnya mereka cuma klub kecil, main di liga regional, nggak punya stadion megah, apalagi pemain bintang.
Tapi titik baliknya datang ketika mereka gabung dengan Aviación Nacional di tahun 1939. Dari situ nama mereka jadi Atlético Aviación, sebelum akhirnya kembali ke Atlético Madrid. Sejak saat itu, pelan-pelan mereka tumbuh. Bukan secara instan, tapi lewat proses yang panjang dan penuh darah-keringat-air mata.
Saya kadang mikir, ini kayak kisah orang biasa yang ngotot sampai akhirnya bisa berdiri sejajar sama “anak sultan”.
Diego Simeone: Pahlawan Modern
Kalau ngomongin sport Atlético Madrid modern, nggak mungkin nggak nyebut Diego Simeone. Coach yang satu ini gila banget dalam hal motivasi. Sejak datang tahun 2011, dia ngerombak total mentalitas tim. Bukan soal bermain cantik, tapi soal bertarung sampai titik darah penghabisan.
Waktu mereka juara La Liga 2013-2014, saya ingat banget—semua orang bilang itu mustahil. Tapi di tangan Simeone, mereka jadi tim yang bisa ngalahin siapa aja. Bahkan nyaris juara Liga Champions dua kali kalau aja bukan gara-gara Real Madrid (duh… masih sakit hati jujur).
Skuad Utama Atlético Madrid (Musim 2024/2025)
Sekarang, skuad mereka makin matang dan seimbang. Beberapa nama favorit saya:
Jan Oblak – salah satu kiper terbaik dunia. Refleksnya luar biasa.
José María Giménez – tembok pertahanan yang susah dilewatin.
Antoine Griezmann – pemain yang balik ke rumah setelah petualangan di Barca.
Álvaro Morata – striker yang sering diremehkan, tapi selalu muncul di momen penting.
Rodrigo De Paul dan Koke – dua gelandang pekerja keras, otaknya permainan.
Yang saya suka dari skuad mereka: nggak bergantung ke satu pemain, tapi jadi tim yang solid.
Prestasi Atlético Madrid: Dari Underdog Jadi Juara
Mungkin banyak yang mikir Atlético Madrid “baru” sukses beberapa tahun terakhir. Tapi sebenarnya mereka udah punya sejarah panjang.
Beberapa prestasi keren mereka:
Juara La Liga: 11 kali (terakhir 2020-2021)
Piala Super Spanyol: 2 kali
Copa del Rey: 10 kali
UEFA Europa League: 3 kali (2010, 2012, 2018)
UEFA Super Cup: 3 kali
Finalis Liga Champions: 3 kali (1974, 2014, 2016)
Yang bikin saya kagum, mereka bisa bersaing di era dominasi duo Real-Barca, padahal bujet mereka jauh lebih kecil.
Kenapa Saya Menyukai Atlético Madrid?
Karena mereka bukan tim yang dibangun dari uang.
Mereka dibentuk dari rasa lapar, kerja keras, dan mental baja. Saya belajar dari Atlético bahwa jadi juara bukan cuma soal skill, tapi juga soal niat dan komitmen.
Saya juga suka karena fans mereka—yang dikenal dengan sebutan “Colchoneros”—itu militan. Dukungannya gila-gilaan, bahkan kalau tim kalah sekalipun. Ini bukan soal menang atau kalah, tapi tentang cinta yang nggak kenal syarat.
Tips Buat Kamu yang Mau Ikut Ngedukung Atlético
Jangan berharap permainan indah kayak tiki-taka. Mereka main dengan hati.
Pahami sejarah mereka. Makin ngerti perjuangannya, makin sayang.
Tonton big match vs Real Madrid – rasakan sendiri panasnya Derby Madrid.
Ikuti berita dari akun resmi dan fansbase Indonesia. Banyak yang aktif di media sosial.
Rivalitas Panas: Derby Madrid yang Membakar Jiwa
Nah, kalau kamu baru mengenal Atlético Madrid, kamu wajib banget tahu soal Derby Madrid. Ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ini perang emosi. Setiap kali Atlético ketemu Real Madrid, atmosfernya beda. Tegang, panas, tapi juga penuh gairah.
Waktu pertama kali saya nonton Derby Madrid secara live streaming—kayak ikut merasakan deg-degannya. Real Madrid mungkin punya sejarah dan gelar lebih banyak, tapi Atlético punya satu hal yang kadang bikin mereka lebih menakutkan: rasa dendam lama yang belum selesai.
Kemenangan atas Real tuh kayak hadiah buat semua perjuangan fans Atlético yang selama puluhan tahun hidup di bawah bayang-bayang klub tetangganya itu. Bahkan waktu Atlético menang 4-0 di tahun 2015, itu kayak pesta besar buat seluruh kota. Saya ingat betul, fans di media sosial bener-bener meledak kegirangan.
Suporter Atlético: Cinta yang Gak Bersyarat
Satu hal yang bikin saya makin jatuh hati sama Atlético Madrid adalah kultur suporternya. Nggak semua orang ngerti, tapi fans Atlético itu punya mentalitas “bersama dalam senang maupun susah.”
Kalau Real Madrid terkenal dengan galacticos-nya, Atlético lebih ke “tim rakyat”. Suporternya nggak nuntut main cantik, yang penting kerja keras dan harga diri dijaga. Mereka akan tetap bernyanyi meskipun timnya kalah. Saya pernah baca, ada suporter yang bilang, “Kami bukan mendukung untuk menang, kami mendukung karena kami Atlético.” Dan itu nancep banget di hati saya.
Di Wanda Metropolitano, stadion kebanggaan mereka sekarang, kamu bisa ngerasain sendiri bagaimana atmosfernya beda. Lagu-lagu, yel-yel, dan semangat dari tribun benar-benar ngangkat mental pemain. Katanya sih, kalau kamu belum pernah nonton langsung di sana, kamu belum benar-benar jadi Colchoneros.
Gaya Bermain yang ‘Ngeyel’ Tapi Efektif
Oke, jujur ya… banyak yang bilang permainan Atlético itu “membosankan”. Tapi menurut saya? Justru di situlah keunikannya.
Mereka nggak peduli gaya main orang lain. Mau dibilang parkir bus, anti tiki-taka, atau apa pun, selama hasilnya maksimal—mereka tetap jalan. Filosofi Diego Simeone jelas: “Kami akan bertahan seperti anjing, menyerang seperti serigala, dan menang seperti prajurit.”
Gaya ini terbukti efektif. Mereka bisa ngalahin tim-tim besar yang lebih mahal dan lebih elegan. Mungkin bukan buat semua orang, tapi kalau kamu suka hal-hal yang “against the odds,” kamu bakal menikmati setiap detik permainan Atlético.
Masa Depan Atlético: Siap Menuju Babak Baru?
Dengan fondasi yang sudah kokoh, akademi yang terus berkembang, dan pelatih seperti Simeone yang setia mati-matian, saya optimis banget sama masa depan Atlético.
Pemain muda seperti Pablo Barrios dan Samuel Lino mulai menunjukkan sinarnya. Klub juga mulai lebih aktif di bursa transfer untuk nyari pemain berbakat, bukan cuma nama besar. Dan yang paling penting: identitas mereka tetap dijaga.
Saya percaya dalam 5-10 tahun ke depan, Atlético bisa angkat trofi Liga Champions. Rasanya tinggal menunggu waktu. Luka kekalahan dua final sebelumnya masih terasa, tapi kadang luka itu justru bikin tim jadi lebih kuat.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Blackburn Rovers FC: Sejarah, Prestasi, dan Harapan Masa Depan Klub 2025 disini